Cari Program

Problematika Qurban: Antara Masalah Perkotaan & Pedesaan

Sen, 20 Mei 2024

Problematika Qurban: Antara Masalah Perkotaan & Pedesaan – Ibadah qurban adalah salah satu bentuk ketakwaan umat Muslim kepada Allah SWT, yang dilakukan setiap tahun pada Hari Raya Idul Adha.

Namun, dalam pelaksanaannya, kurban menghadapi berbagai problematika yang berbeda antara wilayah perkotaan dan pedesaan.

Tantangan ini tidak hanya berkaitan dengan aspek logistik tetapi juga dengan aspek keagamaan, sosial, dan ekonomi di masyarakat.

Apa saja berbagai problematika yang mungkin muncul di wilayah perkotaan dan pedesaan? Simak lengkap berikut ini,

Dinamika Qurban yang Terus Berkembang!

Ibadah qurban merupakan tradisi keagamaan yang telah berlangsung lama, tetapi cara pelaksanaannya terus berkembang seiring dengan perubahan zaman.

KH. Ma’ruf Chozin, anggota Dewan Pengawas Syariah Laznas Yatim Mandiri, sekaligus Ketua Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur menyampaikan dalam sebuah kesempatan, bahwa dinamika qurban harus disikapi dengan arif dan berdasar syariat.

Lebih lanjut, kita sebenarnya dapat menelisik apa saja dinamika yang terjadi di lingkup pelaksanaan qurban. Misalnya seperti:

Baca Juga: KH. Ma’ruf Khozin Kupas Tuntas Fikih Qurban Kontemporer Bersama Yatim Mandiri Group!

1. Mekanisme Pelaksanaan

Tradisionalnya, qurban dilakukan secara langsung oleh pekurban di tempat penyembelihan yang biasanya berada di area masjid.

Hal ini dapat kita temui misalnya di wilayah pedesaan yang umumnya mekanisme pelaksanaannya masih dalam skop yang kecil.

Namun, seiring dengan arus urbanisasi yang tidak dibarengi dengan fasilitas memadai, banyak umat Islam mengalihkan kuasa (tawkil qurban) ke lembaga qurban tertentu.

2. Pengaruh Teknologi

Platform digital memungkinkan umat Islam untuk berpartisipasi dalam qurban dengan cara yang lebih mudah dan praktis.

Melalui situs web atau aplikasi, pekurban dapat memilih jenis hewan, melakukan pembayaran secara online, dan mendapatkan laporan lengkap tentang proses penyembelihan dan distribusi.

Teknologi ini tidak hanya mempermudah pelaksanaan qurban tetapi juga meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.

Hal inilah yang menginisiasi kemunculan layanan qurban online, di mana pekurban dapat membeli hewan qurban dan menyerahkan penyembelihan serta distribusinya kepada lembaga amil zakat.

3. Persebaran Manfaat

Selain memberikan daging qurban kepada masyarakat sekitar, beberapa lembaga sekarang juga berusaha memaksimalkan manfaat qurban dengan cara yang lebih berkelanjutan.

Misalnya di perkotaan dengan kuantitas kurban yang cenderung tinggi, maka potensi penumpukan sangat tinggi.

Berbeda di wilayah pedalaman yang minim pequrban, menjadikan persebaran daging juga sangat minim.

Kini, banyak lembaga penyalur qurban yang mulai melakukan ekspansi penyebaran.

Misalnya Griya Zakat yang memiliki program penyebaran di wilayah pedalaman tanah air, di Palestina, dan Afrika Utara.

4. Sosialisasi dan Edukasi

Kita banyak melihat bagaimana praktik qurban di tengah masyarakat saat ini. Hal ini menjadi riskan bagi masyarakat awam dengan hal-hal yang berkaitan dengan syariat.

Rasanya, peran tokoh agama serta peran lembaga amil dalam memberikan edukasi sangat signifikan.

Hal ini pun ditekankan KH. Ma’ruf Chozin kepada lembaga amil untuk lebih aktif dalam melakukan sosialisasi mengenai tata cara qurban yang sesuai syariat.

Ini tentu dapat membantu meningkatkan kesadaran dan partisipasi umat Islam dalam ibadah qurban. Alhasil dapat memastikan makna qurban dapat di resapi dengan baik.

Qurban: Macam-macam Problematika Perkotaan & Pedesaan

Kita melihat konstruksi sosial di wilayah perkotaan dan pedesaan jelas berbeda. Mulai dari intensitas komunikasi hingga aktivitas kolektifnya pun berbeda.

Dalam urusan qurban, wilayah perkotaan dengan heterogenitasnya (mis. muslim dan non-muslim) menciptakan persoalan baru seperti: